Profil Desa Kecitran
Ketahui informasi secara rinci Desa Kecitran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kecitran, Purwareja Klampok, Banjarnegara. Pusat kesenian Ebeg dan sentra kerajinan sapu ijuk serta budidaya lele. Wilayah padat penduduk (3.895 jiwa/167 Ha) dengan warisan sejarah dan budaya yang kuat dan hidup.
-
Benteng Kebudayaan Ebeg
Merupakan salah satu basis utama dan pusat pelestarian kesenian Ebeg (Kuda Lumping) yang paling aktif di Kabupaten Banjarnegara.
-
Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan
Perekonomiannya ditopang oleh industri rumahan yang mengakar kuat, terutama kerajinan sapu ijuk dan budidaya ikan lele yang inovatif.
-
Komunitas yang Padat dan Dinamis
Memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, menciptakan lingkungan sosial yang dinamis dengan interaksi warga yang intens.

Desa Kecitran, sebuah pemukiman padat yang dinamis di Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, menampilkan wajah desa yang unik dengan perpaduan antara pelestarian budaya adiluhung dan geliat ekonomi kerakyatan. Wilayah ini tidak hanya dikenal sebagai basis bagi kesenian Ebeg atau kuda lumping yang mengakar kuat, tetapi juga sebagai sentra industri rumahan sapu ijuk dan budidaya ikan lele yang terus berkembang. Berdiri di atas warisan sejarah yang kuat, Kecitran membuktikan diri sebagai desa yang mampu menjaga tradisi sambil terus berinovasi untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.
Geografi dan Kondisi Demografis
Desa Kecitran terletak di lokasi yang sangat strategis dalam konstelasi wilayah Kecamatan Purwareja Klampok. Luas wilayah desa ini tercatat sekitar 167,82 hektare, menjadikannya salah satu desa dengan luas wilayah yang relatif terbatas namun dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Topografinya merupakan dataran rendah yang subur, sangat mendukung untuk pemukiman dan berbagai aktivitas ekonomi masyarakat.
Secara administratif, Desa Kecitran memiliki batas-batas yang jelas dengan desa-desa tetangganya:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Kalimandi.
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Sirkandi.
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Klampok.
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Purwareja.
Berdasarkan data kependudukan terbaru per tahun 2024, jumlah penduduk Desa Kecitran mencapai 3.895 jiwa. Dengan luas wilayah 1,6782 km², maka kepadatan penduduk di desa ini mencapai angka yang sangat signifikan, yakni sekitar 2.321 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan bahwa Kecitran merupakan kawasan pemukiman yang sangat padat dan hidup. Tingginya kepadatan ini menjadi tantangan sekaligus potensi dalam hal pengelolaan sumber daya dan pengembangan sosial-ekonomi. Kode pos yang berlaku untuk seluruh area Desa Kecitran ialah 53474.
Sejarah dan Asal-Usul Desa
Sejarah Desa Kecitran memiliki akar yang dalam dan terkait erat dengan tokoh-tokoh babad alas di masa lampau. Menurut penuturan para sesepuh desa, nama "Kecitran" berasal dari kata dasar "citra" yang berarti gambaran, rupa, atau reputasi yang baik. Konon, penamaan ini tidak terlepas dari peran seorang tokoh penyebar agama Islam dan pembuka lahan bernama Ki Ageng Tembelang.
Dikisahkan bahwa Ki Ageng Tembelang merupakan sosok yang dihormati karena kearifan dan kesaktiannya. Beliau memilih wilayah ini sebagai tempat untuk menetap dan menyebarkan ajarannya. Berkat pengaruh dan perilakunya yang luhur, wilayah yang dibukanya ini dikenal memiliki "citra yang baik" di mata masyarakat sekitar. Dari sanalah nama "Kecitran" dilekatkan dan terus digunakan hingga kini. Makam Ki Ageng Tembelang yang berada di desa ini masih sering diziarahi oleh warga sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya. Sejarah ini menjadi fondasi karakter masyarakat Kecitran yang menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan.
Pemerintahan dan Struktur Administrasi
Roda pemerintahan Desa Kecitran saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Desa, Sutrino, yang mengemban amanah untuk periode jabatannya. Bersama dengan jajaran perangkat desa, beliau bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan publik. Kantor balai desa menjadi pusat administrasi dan kegiatan pemerintahan.
Untuk memastikan efektivitas jangkauan layanan kepada masyarakatnya yang padat, struktur pemerintahan desa dibagi secara berjenjang. Wilayah Desa Kecitran terbagi menjadi 2 Dusun, yang kemudian dipecah lebih lanjut menjadi 4 Rukun Warga (RW) dan 18 Rukun Tetangga (RT). Pembagian administratif yang rinci ini memungkinkan setiap program pemerintah, baik dari tingkat kabupaten, kecamatan, maupun desa, dapat tersampaikan dan terimplementasi dengan baik hingga ke tingkat keluarga. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) menjadi pedoman utama dalam menentukan arah kebijakan dan alokasi anggaran pembangunan setiap tahunnya.
Denyut Ekonomi: Dari Sapu Ijuk Hingga Budidaya Lele
Perekonomian Desa Kecitran digerakkan oleh semangat wirausaha warganya yang terwujud dalam berbagai industri skala rumahan. Meskipun tidak memiliki lahan pertanian yang luas, masyarakatnya sangat kreatif dalam memanfaatkan peluang ekonomi di sektor lain.
1. Industri Sapu Ijuk, Warisan yang Terjaga Kecitran telah lama dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan sapu ijuk di wilayah Banjarnegara. Keterampilan membuat sapu berbahan dasar ijuk dari pohon aren ini telah diwariskan secara turun-temurun. Hampir di setiap sudut desa dapat ditemui aktivitas para perajin, terutama kaum ibu, yang dengan tekun merangkai ijuk menjadi sapu lantai berkualitas. Industri rumahan ini menjadi sumber pendapatan tambahan yang sangat penting bagi banyak keluarga. Produk sapu ijuk dari Kecitran tidak hanya dipasarkan di pasar lokal, tetapi juga didistribusikan ke berbagai daerah sekitar, membuktikan kualitas dan daya saingnya.
2. Budidaya Lele, Potensi Baru yang Menjanjikan Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Desa Kecitran mulai melirik potensi baru di sektor perikanan darat, yakni budidaya ikan lele. Dengan lahan yang terbatas, budidaya lele dalam kolam terpal atau sistem bioflok menjadi solusi yang sangat efektif. Pemerintah desa dan berbagai program pendampingan, termasuk dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN), turut mendorong pengembangan sektor ini. Keunggulan budidaya lele, seperti siklus panen yang cepat dan permintaan pasar yang tinggi, menjadikannya alternatif ekonomi yang sangat menjanjikan bagi warga.
Pembangunan Sumber Daya Manusia: Pendidikan dan Kesehatan
Pemerintah Desa Kecitran menyadari bahwa investasi terbaik untuk masa depan adalah melalui pembangunan sumber daya manusia. Hal ini diwujudkan melalui dukungan terhadap fasilitas pendidikan dan layanan kesehatan.
Di sektor pendidikan, di desa ini berdiri lembaga pendidikan dasar yang menjadi tumpuan utama bagi anak-anak usia sekolah, yaitu SD Negeri 1 Kecitran (NPSN: 20303862). Selain itu, untuk jenjang pendidikan anak usia dini, terdapat lembaga PAUD Kuncup Mekar yang aktif memberikan stimulasi pendidikan awal bagi balita. Keberadaan fasilitas ini memastikan bahwa fondasi pendidikan generasi muda Kecitran dapat terbangun dengan baik.
Di bidang kesehatan, garda terdepan layanan medis ialah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Fasilitas ini memberikan pelayanan kesehatan dasar dan menjadi pusat informasi kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar di beberapa titik berjalan secara rutin dan aktif. Para kader Posyandu menjadi ujung tombak dalam memantau kesehatan ibu hamil, tumbuh kembang balita, program imunisasi, dan penyuluhan gizi, memastikan kesehatan masyarakat terpantau sejak dini.
Kesenian Ebeg: Jiwa dan Identitas Budaya Kecitran
Jika ada satu hal yang menjadi jiwa dan identitas tak terpisahkan dari Desa Kecitran, maka itu ialah kesenian Ebeg atau Kuda Lumping. Kesenian tari tradisional yang enerjik dan sarat dengan nuansa magis ini hidup dan berkembang sangat subur di tengah masyarakat. Kecitran dikenal sebagai salah satu basis utama bagi kelompok-kelompok kesenian Ebeg di Kabupaten Banjarnegara.
Salah satu kelompok yang terkenal dari desa ini ialah Ebeg Wahyu Turonggo Seto. Bagi masyarakat Kecitran, Ebeg bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah ekspresi budaya, media silaturahmi, dan bagian wajib dalam setiap perayaan besar, seperti hajatan pernikahan, khitanan, atau perayaan hari kemerdekaan. Suara gamelan yang khas dan tarian para penari yang menggambarkan prajurit berkuda seolah menjadi denyut nadi kebudayaan desa.
Seorang tokoh budayawan lokal pernah menyatakan, "Ebeg bagi kami adalah warisan leluhur yang harus dijaga. Ini bukan hanya tarian, tetapi juga cara kami mengajarkan semangat, keberanian, dan kebersamaan kepada anak-cucu." Pernyataan ini menegaskan betapa dalamnya makna kesenian ini bagi identitas dan kohesi sosial warga Desa Kecitran.